Kapan Harus Membeli, Menjual, Menahan, dan Menukar Properti?
Seorang investor properti umumnya hanya membeli dan menjual propertinya. Tetapi, selain menjual dan membeli, investor properti juga bisa melakukan strategi lain: menahan atau menukar properti yang dimilikinya.
Lantas, kapan waktu yang tepat untuk membeli, menjual, menahan, dan menukar properti? Dalam buku
“Cara Kaya melalui Properti”, Panangian Simanungkalit memaparkan strategi tersebut.
Membeli PropertiWaktu yang tepat untuk membeli properti adalah saat
buyer’s market. Ciri-ciri
buyer’s market adalah
suku bunga sangat tinggi (SBI 14% sementara KPR bisa mencapai 17%).
Dalam kondisi seperti ini, barang mencari uang dan pembeli adalah raja.
Hal ini disebabkan daya beli masyarakat menurun dan jarang sekali orang
yang membeli properti.
Baca: Siklus Pasar Properti
Menahan PropertiTiming yang tepat untuk menahan adalah saat
weak market, seperti
saat krisis 2009. Saat seperti ini adalah saat untuk menahan properti,
supaya tidak jatuh harganya. Seorang investor yang baik tidak akan
tergoda untuk menjual properti ketika harga naik 20%-30% setelah dua
tahun berinvestasi. Mengapa demikian? Karena tujuan investasi adalah
pelipatgandaan aset jangka panjang.
Akan lebih baik jika properti tersebut ditahan untuk mendapatkan akumulasi
capital gain yang
lebih besar. Sejarah membuktikan, properti yang ditahan dalam jangka
lima tahun akan memberikan akumulasi kekayaan yang tak terduga,
ketimbang melepas properti itu dalam waktu dua tahun.
Menjual PropertiSaat yang baik untuk menjual properti adalah di saat bunga sudah turun kembali, atau pada saat
seller’s market. Pada fase ini, suku bunga sudah sangat rendah (SBI 7% dan KPR 9%).
Di saat
booming properti
seperti ini, uang akan mencari barang, dan ini adalah momen yang tepat
untuk menjual properti. Tetapi jika harga properti tersebut masih
memiliki kemungkinan untuk terus naik, jangan dulu dijual. Pemilik mesti
menahannya dan menunggu siklus
seller’s market berikutnya.
Menukar PropertiMenukar properti paling baik pada saat
soft market. Maksudnya,
menjual properti yang nilainya diperkirakan tidak meningkat setinggi
lima tahun lalu. Artinya, jika selama lima tahun terakhir kenaikan harga
properti rata-rata 15% per tahun, sementara Anda memprediksi
kenaikannya tidak akan sebesar itu dalam lima tahun ke depan—karena
banyaknya suplai baru atau makin menurunnya potensi kawasan
tersebut—Anda bisa menjual properti itu dan membeli properti di tempat
lain yang memiliki potensi kenaikan 15%.